Menggali Sebab Ketidakadilan Gender

 


 

Gender dan jenis kelamin merupakan dua hal yang berbeda. dua hal ini sering disalahpahami. Perlu diketahui bahwa jenis kelamin atau seks merupakan perbedaan biologis yang terjadi antara perempuan dan laki-laki. Sedangkan gender merupakan perbedaan peran laki-laki dan perempuan yg dipengaruhi oleh konstruksi sosial. Menurut Mansour Fakih peran pada individu dapat saling dipertukarkan antara cara laki-laki dan perempuan bersikap. Gender juga tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada manusia satu ke manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat. (Barker, 2008:).

Gender dapat diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan ditinjau dari segi nilai dan tingkah laku. Ini berarti perbedaan sikap dan tingkah laku pada jenis kelamin merupakan rekayasa masyarakat atau konstruksi sosial. Sebagaimana pendapat Mansour Fakih mengenai gender Bahwa gender dapat dipertukarkan sifatnya. Saya setuju dengan pendapat ini karena kepribadian seseorang yang terbentuk juga karena adanya faktor lingkungan tidak hanya faktor genetika saja. Seperti yang diungkapkan John Locke terkait tentang konsep tabularasa bahwa manusia ini sebuah Tabula kosong ketika lahir, tetapi akan berisi berdasarkan apa yang ia dapat dari ingkungannya.

Sayangnya konsep gender ini sering disalahpahami sebagai menentang kodrat. Padahal jenis kelamin dan gender itu dua hal yang berbeda. Gender berbeda dengan jenis kelamin, ia bukanlah sesuatu yang rigid atau tetap, tetapi bisa berubah sesuai dengan kondisi lingkungan karena faktor pembentuk kepribadian dan sikap seseorang salah satunya lingkungan. Tergantung waktu dan budaya setempat.

Kebanyakan orang salah menafsirkan atau memahami konsep jenis kelamin dan gender. bahwa gender itu tidak bisa dipertukarkan misalnya sikap maskulin harus pada laki-laki dengan sikap feminin harus pada perempuan. Karena dikonstruksi sedemikian rupa laki-laki harus kuat dan tidak boleh cengeng, sedangkan perempuan harus bersifat lemah lembut dan patuh. Mungkin pada kasus lain misalnya perempuan yang dididik oleh ibunya untuk menjadi kuat tentu akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mungkin agak keras dan juga sebaliknya. Itulah mengapa gender itu sifatnya dikonstruksikan atau dibangun oleh tatanan sosial.

Miskonsepsi mengenai gender inilah yang menyebabkan bias gender. Bias gender yang dimaksudkan di sini yakni penyimpangan dari konsep gender. Bias gender ini contohnya seperti melabeli berbagai stereotip yang melekat pada masing-masing jenis kelamin. Peran dikonstruksikan sebagai sesuatu yang rigid oleh masyarakat. Bahkan budaya seperti itu juga direpresentasikan oleh media. sehingga stereotip terhadap gender itu semakin kuat.

Contoh representasi bias gender yang pernah saya amati, yakni pada sinetron Suara Hati Istri yang ditayangkan oleh stasiun televisi Indosiar. Berdasarkan observasi saya, sinetron Suara Hati Istri merepresentasikan dikotomi hitam putih baik buruk terhadap gender perempuan. Hal ini terbukti dengan antagonis yang digambarkan berpakaian tertutup, tidak bekerja, bersikap patuh terhadap suami, bertutur kata lemah lembut dan suka menangis. Sedangkan antagonis yang juga perempuan digambarkan berpakaian lebih terbuka, bekerja, belum bersuami, bertutur kata lebih tegas, serta genit. Jadi sinetron ini alih-alih mendeskripsikan suara hati istri, malahan mengkonstruksikan bagaimana salah satu gender harus ideal seperti protagonis harus lemah lembut, menjadi ibu rumah tangga, berpakaian tertutup dan patuh kepada suami. Sedangkan perempuan yang tidak baik digambarkan sebagai perebut suami orang itu yang berkarir, berpakaian terbuka, belum menikah, serta licik.

Padahal laki-laki dan perempuan pada zaman sekarang sudah memiliki akses pilihan yang sama. Terlepas dari aspek biologis, perempuan bisa bekerja di bidang yang ia mampu lakukan. Tetapi tampaknya citra perempuan karir jadi rusak hanya karena representasi media yang menggambarkan perempuan seperti itu berarti suka menggoda atasannya dan sikap buruk lainnya. Sehingga ketika mendengar kata sekretaris perempuan, orang-orang jadi berpikiran negatif.

Namun, tak semua media menampilkan atau merepresentasikan gender dengan bias. Contoh penerapan konsep gender yang ideal pada media misalnya pada iklan kecap ABC. Iklan tersebut berjudul “Suami Sejati Mau Masak, Terima kasih Kecap ABC”. Pada iklan tersebut istri yang awalnya menanggung peran ganda antara menjadi perempuan karir dan ibu rumah tangga. Namun, suami sadar akan hal tersebut dari perkataan anaknya yang sedang menggambar sosok super mom. Anaknya bilang bahwa ibu serba bisa, pulang dari kantor masih bisa memasak, kalau ayah hanya ngantor saja. Perkataan anak itupun membuat suami sadar bahwa mereka dapat saling berbagi peran. Akhirnya suami menggantikan istri memasak. Iklan ini tentu sangat radikal untuk mendobrak bias gender bahwa yang harus masak di rumah harus perempuan.

Dari temuan tersebut, menurut saya konsep gender ini tidak melawan kodrat selama dia tidak mengubah ciptaan biologis laki-laki dan perempuan. Karenana yang berubah disini adalah peran, peran bukanlah kodrat karena ia dapat diubah oleh konstruksi sosial maupun lingkungan. Dari analisis tersebut menurut saya penyebab terjadinya ketidakadilan gender itu bukanlah konsep gender yang menciptakan perbedaan peran, tetapi adanya miskonsepsi pada konsep gender itu sendiri. karena peran kuat atau dominan itu sering diberikan kepada laki-laki ketimbang perempuan. Padahal justru dengan adanya konsep gender ini peran  yang ada dapat saling dipertukarkan tersebut seharusnya bisa meringankan beban atau peran yang disematkan terhadap salah satu jenis kelamin.

Comments

Popular posts from this blog

Salah Kaprah dalam Mengamalkan Sustainable Living

Hidup Bahagia dengan Berani Tidak Disukai